Selasa, 16 Juni 2015


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Afdeling B bertujuan menjalankan ketentuan agama Islam secara murni, berdasarkan prinsip “billahi fisabili haq” yang berarti akan diperangi setiap orang yang mengalami agama Islam. Sementara itu pada bulan januari 1919 gerakan yang di pimpin oleh H.Ismail mendapat izin dari SI pusat untuk menyebarkan organisasinya ke daerah Pringan
. Pada umumnya Afdeling B muncul sebagai akibat perubahan social menyebabkan kemerosotan ekonomi dan disitegrasi sosiokultural. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat member peluang besar bagi timbulnya gerakan. Untuk mengatasi keadaan itu di perlukan suasana dan tatanan baru yang telah dirusak oleh pemerintah kolonial. Adanya anggapan dan prasangka yang buruk terhadap golongan social dalam masyarakat serta keyakinan akan terjadinya perang suci dan harapan akan datangnya Ratu Adil mendorong organisasi ini banyak mendapatkan pengikut dikalangan masyarat pedesaan.
            Meskipun dalam kongres nasional SI yang pertama sudah dibicarakan masalah penggabungan prinsif-prinsif Islam dan sosialisme, tetapi kalau ditelusuri ternyata unsure sosialisme sudah lebih dulu ditanam kan terlebih dahulu. Sosialisme dipandang sebagai lambing kemoderenan yang berlawanan dengan imperialism, kemoderenan yang akan membawa keadilan social, kemakmuran, dan kemerdekaan bangsa terjajah.

B. Rumusan Masalah
            1. Organisasi apa saja yang muncul pada masa pergerakan di Indonesia?
2. Bagaimana jalan nya organisasi-organisasi itu setelah terjun kemasyarakat?
3. Seperi apa reaksi masyarakat setelah adanya bermunculan organisasi itu?
C. Tujuan
            Penulis mengharapkan keritikan dan saran atas makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan serta mengetahui bagaimana awal mula sebuah organisasi yang bertujuan untuk mendorong rasa nasionalisme rakyat Indonesia sangat keras diperjuangkan agar Indonesia terbebas dari penjajahan pemerintah kolonial pada masa penjajahan.

D. Manfaat
            Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat serta menjadikan ini sutu referensi untuk menyimpulkan suatu gagasan yang bisa membantu dalam mengungkapkan suatu fakta sejarah dengan tidak hanya memandang sejarrah hanya dari satu sisi yang belum tentu bisa menemukan kebenaran atas suatu peristiwa yang terjadi sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dan pandangan yang subjektif.
           









BAB II
PEMBAHASAN
ORGANISASI SEKULER
A. SI AFDELING B
            Si  Afdeling B yang mendapat pengaruh komunis terdapat di Pringan, Jawa Barat yang mulai melakukan kegiatannya pada bulan April 1918. Sebagai penyalur aspirasi dan wadah  kepercayaan local, Afdeling B bertujuan menjalankan ketentuan agama Islam secara murni, berdasarkan prinsip “billahi fisabili haq” yang berarti akan diperangi setiap orang yang mengalami agama Islam. Sementara itu pada bulan januari 1919 gerakan yang di pimpin oleh H.Ismail mendapat izin dari SI pusat untuk menyebarkan organisasinya ke daerah Pringan ( sarekat Islam local: 1975:101-103 )
            Hingga terjadinya peristiwa cimareme yang di pimpin H.Hasan pada tahun 1919, Afdeling B masih sebagai gerakan rahasia. Permusuhan dilakukan terhadap pejabat pribumi dam Eropa, dan orangg cina. Untuk memperkuat gerakan organisasi itu, ia mengedarkan jimat dan menyumpah anggota nya. Komunikasi sesame anggota diilakukan dengan sandi dan tanda-tanda rahasia. Anggota organisasi itu terdapat di Jakarta,ciamis, tasikmalaya, Garut dan Sukabumi.
            Pada umumnya Afdeling B muncul sebagai akibat perubahan social menyebabkan kemerosotan ekonomi dan disitegrasi sosiokultural. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat member peluang besar bagi timbulnya gerakan. Untuk mengatasi keadaan itu di perlukan suasana dan tatanan baru yang telah dirusak oleh pemerintah kolonial. Adanya anggapan dan prasangka yang buruk terhadap golongan social dalam masyarakat serta keyakinan akan terjadinya perang suci dan harapan akan datangnya Ratu Adil mendorong organisasi ini banyak mendapatkan pengikut dikalangan masyarat pedesaan.
            Ada kesan seolah-olah ada hubungan antara perlawanan H.Hasan dari Cimareme dengan Afdeling B ialah karena pada waktu tejadinya perlawanan itu anggota Afdeling B dari kota lain dating dari Cimareme. Mereka bersenjata golok dan member bantuannya pada H.Hasan. Bantuan itu dipandang sebagai usaha memasukan perlawanan H.Hasan dalam kerangka gerakan politik yang lebih luas yaitu rencana pemberontakan Afdeling B. Memang tindakan itu dapat juga di artikan adanya solidaritas terhadap sesame umat islam yang sedang menghadapi tekanan kolonial
            Seketaris SI pusat, Sosrokardono, dituduh pemerintah terlibat dalam gerakan Afdeling B karena ia pernah hadir dalam rapat-rapat yang diselenggarakan oleh organisasi itu. Ia di ajukan ke pengadilan dan dihukum empat tahun, sedangkan cokroaminoto,  ketua SI ditahan karena Ia dituduh memberikan katerangan palsu. SI pusat menolak adanya hubungan dengan Afdeling B, meskipun ada tuduhan bahwa cokroaminoto, sosrokardono dan pimpinan lainnya membeli jimat yang berarti berpihak pada Afdeling B. peristiwa Afdeling B menyulitkan kedudukan SI. Anggota SI banyak yang ditangkap karena mandapata tuduhan menjadi anggota Afdeling B. SI gugat membubarkan diri dan peristiwa ini menjadi salah satu sebab mengapa anggota SI kemudian merosot.
B. PARTAI KOMUNIS INDONESIA (PKI)
            Meskipun dalam kongres nasional SI yang pertama sudah dibicarakan masalah penggabungan prinsif-prinsif Islam dan sosialisme, tetapi kalau ditelusuri ternyata unsure sosialisme sudah lebih dulu ditanam kan terlebih dahulu. Sosialisme dipandang sebagai lambing kemoderenan yang berlawanan dengan imperialism, kemoderenan yang akan membawa keadilan social, kemakmuran, dan kemerdekaan bangsa terjajah. Tanggung jawab memperkenalkan pikiran dilimpahkan pada sekelompok kecil marxis Belanda yang pada waktu itu tinggal di Indonesia dengan mendirikan ISDV. Dari pihak Belanda pendiri organisasi itu adalah Sneevliet, Brandstender, dan Dekker, sedangkan dari pihak Indonesia yang terkenal adalah Semaun. ISDV berusaha mencari kontak dengan IP dan SI untuk mendekati rakyat tetapi tidak berhasil,
            Untuk mendapatkan pengaruh dari kalangan orang-orang Indonesia Sneevliet mendesak agar mereka mendapat pengaruh dalam perkumpulan orang Indonesia yang berwibawa dan dengan demikian akan dapat meneruskan ajaran-ajaran baru kepada massa. Pilihan jatuh pasa SI yang mempunyai massa besar dan bersedia menerima pikiran-pikiran yang radikal,  selain itu anggotanya yang muda dan radikal dapat menggabungkan diri dengan ISDV tanpa harus meninggalkan SI. Pengikut ISDV ini pada tahun 1917 membentuk sebuah fraksi dalam SI sehingga menghawatirkan pimpinan SI (Mc Vey dalam Wild dan Carey.
            Cepatnya peningkatan pengaruh komunis mencerminkan buruknya keadaan ekonomi dan buruknya hubungan antara gerakan politik dan pemerintah belanda. Revolusi Rusia tahun 1917 mendorong pergerakan Indonesia pada waktu itu makin radikal dan sebagai bukti bahwa pemogokan yang terjadi setelah tahun 1922 dikendalikan oleh kaum komunis.
Radikalisme kaum komunis menyebabkan pemerintahan mengusir orang-orang Belanda pendiri ISDV dari Indonesia. Dengan demikian terjadilah pergantian pemimpin organisasi itu kepada orang Indonesia dan pada bulan mei 1920 organisasi itu diganti nama nya menjadi Perserikatan Komunis Hindia dan pada tahun 1924 diubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia . komunis mudah menarik bangsa-bangsa terjajah karena mereka merasa akan dibebaskan. Karena itu lah komunis mendapat sambutan tidak sedikit di Indonesia. Pada tahun 1920 PKI bergabung dengan Comitern ( Communist International) yang merupakan forum dan pusat eksekutif bagi partai-partai komunis seluruh dunia.
            Cabang-cabang Si yang berhaluan ekstrim mulai melepaskan diri dan mendirikan cabag-cabang serikat rakyat yang meupakan onderbouw PKI. Di sisi lain pihak yang menekan kan pada agama, H.Agus Salim sebagai pemimpin “SI Putih”, memutuskan hubungan dengan PKI. Meskipun prinsif persatuan dipegang teguh dalam menghadapi pemerintah tetapi pada nyenyataan nya antara SI dan PKI tidak terdapat persusuaian, tetapi karena kondisi sosio politik menguntungkan PKI bila terus diadakan kerja sama, maka akhirnya Cokroaminoto pada tahun 1923 melaksanakan “disiplin partai” yang melarang anggota SI tidak merangkap menjadi anggota PKI, berlaku bagi seluruh cabang-cabang SI.
            PKI mendapat kekuatan dikalangan buruh. Sebagai akibat dari depresi ekonomi maka upah buruh diturunkan dan banyak buruh yang diberhentikan. Pada tahun 1923 buruh kereta api yang tergabung dalam vereeninging voor spoor en tram wegpe rsoneel (VSTP) mendesak dilancarkannya pemogokan untuk menuntut kenaikan upah. Ternyata pemogokan gagal dan pemimpinnya dibuang. Mulai tahun 1924 PKI menyebar pengaruh ke pedesaan Jawa dan keluar Jawa, dan sejak itu partai menyiapkan untuk mengadakan revoluasi. Derongan-dorongan anarkis lebih lebih kuat mengarah pada penggulingan terhadap pemerintah Belanda yaitu dengan memberontak yang dianggap lebih baik dari pada menerima dominasi kekuasaan kolonial.
            Rupanya terdapat unsure Islam yang kuat dalam proses agitasi, sebab meskipun ada pertikaian antra SI dan PKI, pada waktu itu tidak begitu dirasakan keserasian Islam dan komunisme. H.Misbach di Jawa Tengah dan H.Datuk Batuah di Sumatra Barat mencoba menggabungkan dua ajaran dan berakibat pemberontakan di Banten pada tahun 1926 dan di Minangkabau awal tahun 1927, dua daerah yang kuat Islam nya. Pemberontakan itu dengan mudah ditumpas oleh pemerintah karena tidak teroganisasikan dengan baik, dan lagi pemberontakan sifat nya local (McVey dalam Wild dan Carey, 1986:30-31).
            PKI hancur dalam proses perebutan kekuasaan dan pemerintah melakukan penindasan secara besar-besaran. Pemerintah mendirikan tempat pembuangan pemberontakan dan kade-kadernya di Boven Digul. Selanjutnya agar tidak terjadi pemberontakan serupa pemerintah  menindak tegas pelaku politik dan kegiatannya sangat dibatasi sehingga tidak mungkin ada pemimpin komunis yang dapat menyebarkan ideologinya secara sah.
            Dapat disebutkan disini bahwa da 13.000 yang ditangkap pemerintah, 4.500 dihukum, dan 1.300 dinuang ke Digul. PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara illegal mereka melakukan kegiatan politiknya. Pemimpin PKI diluar Indonesia mendirikan partai Republik Indonesia (PARI). Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propagandanya untuk mendukung aksi revolusioner di Indonesia.

C. RADICALS CONCERTRATIE DAN GERAKANNYA
            Setelah Volksraad dibentuk pada tahun 1918 maka ada usaha mempersatukan aliran-aliran politik yang ada pada waktu itu yang dapat disebut golongan kiri. Karena itu atas prakarsa ISDV didirikan suatu fraksi dalam volksraad yang disebut radical concentratie. Organisasi-organisasi yang ikut didalamnya yaitu ISDV, BU, SI, dan NIP. Sudah tentu tujuan fraksi ini untuk mengajak anggota-anggotanya  menuntut berbagai kepentingan kepada pemerintah.
            Tuntutan ini dilakukan dengan cara yang sangat radikal yaitu dengan pemogokan dan pemberontakan. Periode radikal yang koordinasikan oleh komunis berlangsung dari tahun 1918-1926 (Koch, 1951 : 72-75)
            Gerakan radikal memang mendapat iklim yang baik untuk berkembang karena didukung  oleh situasi. Disatu pihak, pemerintah kolonial banyak melakaukan tekanan tetapi di pihak lain dari kalangan pergerakan timbul tuntutan baru yang mengajak serta rakyat untuk dimobilisasi. Pimpinan yang tangguh yang mempraktekan teori perjuangannya didukung pula oleh situasi ekonomi yang buruk sehingga memudahkan rakyat turut serta didalam gerakannya. Semakin kuatnya tekanan dari pemerintah semakin tambah pula usaha mencari jalan keluar dari tekanan itu. Banyak kursus, latihan,koperasi,dan lain-lain. Yang pada dasarnya merupakan suatu bentuk persiapan menhadapi pemerintah. Namun yang jelas bahwa gerakan yang sifatnya kekuatan kolektif sudah mulai tampak. Redikalisme yang memuncang dengan meletusnya pemberontakan 1926 adalah klimaks agitasi yang didalangi oleh partai komunis yang mempraktekkan perjuangan kerasnya.
            Periode radikal seperti disebut diatas dipengaruhi oleh perkembangan politik diluar seperti Revolusi Rusia tahun 1917 dan bahkan kelompok social-demokrat Belanda member angin terhadap gerakan prokgresif yang dikembangkan oleh ISDV. Setelah perang dunia I situasi ekonomi buruk sekali yang menyeret perekonomian rakyat. Banyak perusahaan perkebunan yang menutup usaha dan ini berate menambah pengangguran yang sekaligus memperluas penderitaan rakyat. Semakin banyak melakukan aksi semakin kuat pula pemerintah melakukan reaksi. Gubernur Jendral Fock (1912-1931) jelas mewakili pemerintah yang reaksioner terhadap pergerakan rakyat. Sebaliknya kaum pergerakan semakin tajam pula mencari jalan baru dan makin meningkat pula kesadaran politiknya. Jalan buntu yang dilakukan komunis menimbulkan orientasi baru bersifat nasionalis.
BAB III
PENTUP
A. Kesimpulan
            Pada umumnya Afdeling B muncul sebagai akibat perubahan social menyebabkan kemerosotan ekonomi dan disitegrasi sosiokultural. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat member peluang besar bagi timbulnya gerakan. Untuk mengatasi keadaan itu di perlukan suasana dan tatanan baru yang telah dirusak oleh pemerintah kolonial. Adanya anggapan dan prasangka yang buruk terhadap golongan social dalam masyarakat serta keyakinan akan terjadinya perang suci dan harapan akan datangnya Ratu Adil mendorong organisasi ini banyak mendapatkan pengikut dikalangan masyarat pedesaan.

            PKI mendapat kekuatan dikalangan buruh. Sebagai akibat dari depresi ekonomi maka upah buruh diturunkan dan banyak buruh yang diberhentikan. Pada tahun 1923 buruh kereta api yang tergabung dalam vereeninging voor spoor en tram wegpe rsoneel (VSTP) mendesak dilancarkannya pemogokan untuk menuntut kenaikan upah. Ternyata pemogokan gagal dan pemimpinnya dibuang. Mulai tahun 1924 PKI menyebar pengaruh ke pedesaan Jawa dan keluar Jawa, dan sejak itu partai menyiapkan untuk mengadakan revoluasi. Derongan-dorongan anarkis lebih lebih kuat mengarah pada penggulingan terhadap pemerintah Belanda yaitu dengan memberontak yang dianggap lebih baik dari pada menerima dominasi kekuasaan kolonial.

B. SARAN
            Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat mejadi bahan pelajaran untuk mengetahui tentang sejarah Indonesia pada masa Pergerakan. Atas kritik dan saran yang mendukung untuk perbaikan makalah ini kami ucapkan terima kasih.



DAFTAR PUSTAKA
Suhartono.2010.Sejarah Pergerakan Nasional.
Yogyakarta:Media Perkasa
Adam Malik.1970.Riwayat Proklamasi.
            Jakarta:Wijaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar