BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Afdeling
B bertujuan menjalankan ketentuan agama Islam secara murni, berdasarkan prinsip
“billahi fisabili haq” yang berarti akan diperangi setiap orang yang mengalami
agama Islam. Sementara itu pada bulan januari 1919 gerakan yang di pimpin oleh
H.Ismail mendapat izin dari SI pusat untuk menyebarkan organisasinya ke daerah
Pringan
.
Pada umumnya Afdeling B muncul sebagai akibat perubahan social menyebabkan
kemerosotan ekonomi dan disitegrasi sosiokultural. Penderitaan dan kesengsaraan
rakyat member peluang besar bagi timbulnya gerakan. Untuk mengatasi keadaan itu
di perlukan suasana dan tatanan baru yang telah dirusak oleh pemerintah
kolonial. Adanya anggapan dan prasangka yang buruk terhadap golongan social
dalam masyarakat serta keyakinan akan terjadinya perang suci dan harapan akan
datangnya Ratu Adil mendorong organisasi ini banyak mendapatkan pengikut
dikalangan masyarat pedesaan.
Meskipun dalam kongres nasional SI
yang pertama sudah dibicarakan masalah penggabungan prinsif-prinsif Islam dan
sosialisme, tetapi kalau ditelusuri ternyata unsure sosialisme sudah lebih dulu
ditanam kan terlebih dahulu. Sosialisme dipandang sebagai lambing kemoderenan
yang berlawanan dengan imperialism, kemoderenan yang akan membawa keadilan
social, kemakmuran, dan kemerdekaan bangsa terjajah.
B. Rumusan Masalah
1. Organisasi apa saja yang muncul
pada masa pergerakan di Indonesia?
2. Bagaimana jalan nya
organisasi-organisasi itu setelah terjun kemasyarakat?
3. Seperi apa reaksi masyarakat setelah
adanya bermunculan organisasi itu?
C. Tujuan
Penulis mengharapkan keritikan dan
saran atas makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan
serta mengetahui bagaimana awal mula sebuah organisasi yang bertujuan untuk
mendorong rasa nasionalisme rakyat Indonesia sangat keras diperjuangkan agar
Indonesia terbebas dari penjajahan pemerintah kolonial pada masa penjajahan.
D. Manfaat
Semoga tulisan ini dapat memberikan
manfaat serta menjadikan ini sutu referensi untuk menyimpulkan suatu gagasan
yang bisa membantu dalam mengungkapkan suatu fakta sejarah dengan tidak hanya
memandang sejarrah hanya dari satu sisi yang belum tentu bisa menemukan kebenaran
atas suatu peristiwa yang terjadi sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dan
pandangan yang subjektif.
BAB II
PEMBAHASAN
ORGANISASI SEKULER
A. SI AFDELING B
Si
Afdeling B yang mendapat pengaruh komunis terdapat di Pringan, Jawa
Barat yang mulai melakukan kegiatannya pada bulan April 1918. Sebagai penyalur
aspirasi dan wadah kepercayaan local,
Afdeling B bertujuan menjalankan ketentuan agama Islam secara murni, berdasarkan
prinsip “billahi fisabili haq” yang berarti akan diperangi setiap orang yang
mengalami agama Islam. Sementara itu pada bulan januari 1919 gerakan yang di
pimpin oleh H.Ismail mendapat izin dari SI pusat untuk menyebarkan
organisasinya ke daerah Pringan ( sarekat Islam local: 1975:101-103 )
Hingga terjadinya peristiwa cimareme
yang di pimpin H.Hasan pada tahun 1919, Afdeling B masih sebagai gerakan
rahasia. Permusuhan dilakukan terhadap pejabat pribumi dam Eropa, dan orangg
cina. Untuk memperkuat gerakan organisasi itu, ia mengedarkan jimat dan
menyumpah anggota nya. Komunikasi sesame anggota diilakukan dengan sandi dan
tanda-tanda rahasia. Anggota organisasi itu terdapat di Jakarta,ciamis,
tasikmalaya, Garut dan Sukabumi.
Pada umumnya Afdeling B muncul sebagai
akibat perubahan social menyebabkan kemerosotan ekonomi dan disitegrasi
sosiokultural. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat member peluang besar bagi
timbulnya gerakan. Untuk mengatasi keadaan itu di perlukan suasana dan tatanan
baru yang telah dirusak oleh pemerintah kolonial. Adanya anggapan dan prasangka
yang buruk terhadap golongan social dalam masyarakat serta keyakinan akan
terjadinya perang suci dan harapan akan datangnya Ratu Adil mendorong
organisasi ini banyak mendapatkan pengikut dikalangan masyarat pedesaan.
Ada kesan seolah-olah ada hubungan
antara perlawanan H.Hasan dari Cimareme dengan Afdeling B ialah karena pada
waktu tejadinya perlawanan itu anggota Afdeling B dari kota lain dating dari
Cimareme. Mereka bersenjata golok dan member bantuannya pada H.Hasan. Bantuan
itu dipandang sebagai usaha memasukan perlawanan H.Hasan dalam kerangka gerakan
politik yang lebih luas yaitu rencana pemberontakan Afdeling B. Memang tindakan
itu dapat juga di artikan adanya solidaritas terhadap sesame umat islam yang
sedang menghadapi tekanan kolonial
Seketaris SI pusat, Sosrokardono,
dituduh pemerintah terlibat dalam gerakan Afdeling B karena ia pernah hadir
dalam rapat-rapat yang diselenggarakan oleh organisasi itu. Ia di ajukan ke
pengadilan dan dihukum empat tahun, sedangkan cokroaminoto, ketua SI ditahan karena Ia dituduh memberikan
katerangan palsu. SI pusat menolak adanya hubungan dengan Afdeling B, meskipun
ada tuduhan bahwa cokroaminoto, sosrokardono dan pimpinan lainnya membeli jimat
yang berarti berpihak pada Afdeling B. peristiwa Afdeling B menyulitkan
kedudukan SI. Anggota SI banyak yang ditangkap karena mandapata tuduhan menjadi
anggota Afdeling B. SI gugat membubarkan diri dan peristiwa ini menjadi salah
satu sebab mengapa anggota SI kemudian merosot.
B. PARTAI KOMUNIS INDONESIA (PKI)
Meskipun dalam kongres nasional SI
yang pertama sudah dibicarakan masalah penggabungan prinsif-prinsif Islam dan
sosialisme, tetapi kalau ditelusuri ternyata unsure sosialisme sudah lebih dulu
ditanam kan terlebih dahulu. Sosialisme dipandang sebagai lambing kemoderenan
yang berlawanan dengan imperialism, kemoderenan yang akan membawa keadilan
social, kemakmuran, dan kemerdekaan bangsa terjajah. Tanggung jawab
memperkenalkan pikiran dilimpahkan pada sekelompok kecil marxis Belanda yang
pada waktu itu tinggal di Indonesia dengan mendirikan ISDV. Dari pihak Belanda
pendiri organisasi itu adalah Sneevliet, Brandstender, dan Dekker, sedangkan
dari pihak Indonesia yang terkenal adalah Semaun. ISDV berusaha mencari kontak
dengan IP dan SI untuk mendekati rakyat tetapi tidak berhasil,
Untuk mendapatkan pengaruh dari
kalangan orang-orang Indonesia Sneevliet mendesak agar mereka mendapat pengaruh
dalam perkumpulan orang Indonesia yang berwibawa dan dengan demikian akan dapat
meneruskan ajaran-ajaran baru kepada massa. Pilihan jatuh pasa SI yang
mempunyai massa besar dan bersedia menerima pikiran-pikiran yang radikal, selain itu anggotanya yang muda dan radikal
dapat menggabungkan diri dengan ISDV tanpa harus meninggalkan SI. Pengikut ISDV
ini pada tahun 1917 membentuk sebuah fraksi dalam SI sehingga menghawatirkan
pimpinan SI (Mc Vey dalam Wild dan Carey.
Cepatnya peningkatan pengaruh
komunis mencerminkan buruknya keadaan ekonomi dan buruknya hubungan antara
gerakan politik dan pemerintah belanda. Revolusi Rusia tahun 1917 mendorong
pergerakan Indonesia pada waktu itu makin radikal dan sebagai bukti bahwa
pemogokan yang terjadi setelah tahun 1922 dikendalikan oleh kaum komunis.
Radikalisme
kaum komunis menyebabkan pemerintahan mengusir orang-orang Belanda pendiri ISDV
dari Indonesia. Dengan demikian terjadilah pergantian pemimpin organisasi itu
kepada orang Indonesia dan pada bulan mei 1920 organisasi itu diganti nama nya
menjadi Perserikatan Komunis Hindia dan pada tahun 1924 diubah lagi menjadi
Partai Komunis Indonesia . komunis mudah menarik bangsa-bangsa terjajah karena
mereka merasa akan dibebaskan. Karena itu lah komunis mendapat sambutan tidak
sedikit di Indonesia. Pada tahun 1920 PKI bergabung dengan Comitern ( Communist International) yang merupakan
forum dan pusat eksekutif bagi partai-partai komunis seluruh dunia.
Cabang-cabang Si yang berhaluan
ekstrim mulai melepaskan diri dan mendirikan cabag-cabang serikat rakyat yang
meupakan onderbouw PKI. Di sisi lain pihak yang menekan kan pada agama, H.Agus
Salim sebagai pemimpin “SI Putih”, memutuskan hubungan dengan PKI. Meskipun
prinsif persatuan dipegang teguh dalam menghadapi pemerintah tetapi pada
nyenyataan nya antara SI dan PKI tidak terdapat persusuaian, tetapi karena
kondisi sosio politik menguntungkan PKI bila terus diadakan kerja sama, maka
akhirnya Cokroaminoto pada tahun 1923 melaksanakan “disiplin partai” yang
melarang anggota SI tidak merangkap menjadi anggota PKI, berlaku bagi seluruh
cabang-cabang SI.
PKI mendapat kekuatan dikalangan
buruh. Sebagai akibat dari depresi ekonomi maka upah buruh diturunkan dan
banyak buruh yang diberhentikan. Pada tahun 1923 buruh kereta api yang
tergabung dalam vereeninging voor spoor
en tram wegpe rsoneel (VSTP) mendesak dilancarkannya pemogokan untuk
menuntut kenaikan upah. Ternyata pemogokan gagal dan pemimpinnya dibuang. Mulai
tahun 1924 PKI menyebar pengaruh ke pedesaan Jawa dan keluar Jawa, dan sejak
itu partai menyiapkan untuk mengadakan revoluasi. Derongan-dorongan anarkis
lebih lebih kuat mengarah pada penggulingan terhadap pemerintah Belanda yaitu
dengan memberontak yang dianggap lebih baik dari pada menerima dominasi
kekuasaan kolonial.
Rupanya terdapat unsure Islam yang
kuat dalam proses agitasi, sebab meskipun ada pertikaian antra SI dan PKI, pada
waktu itu tidak begitu dirasakan keserasian Islam dan komunisme. H.Misbach di
Jawa Tengah dan H.Datuk Batuah di Sumatra Barat mencoba menggabungkan dua
ajaran dan berakibat pemberontakan di Banten pada tahun 1926 dan di Minangkabau
awal tahun 1927, dua daerah yang kuat Islam nya. Pemberontakan itu dengan mudah
ditumpas oleh pemerintah karena tidak teroganisasikan dengan baik, dan lagi
pemberontakan sifat nya local (McVey dalam Wild dan Carey, 1986:30-31).
PKI hancur dalam proses perebutan
kekuasaan dan pemerintah melakukan penindasan secara besar-besaran. Pemerintah
mendirikan tempat pembuangan pemberontakan dan kade-kadernya di Boven Digul.
Selanjutnya agar tidak terjadi pemberontakan serupa pemerintah menindak tegas pelaku politik dan kegiatannya
sangat dibatasi sehingga tidak mungkin ada pemimpin komunis yang dapat
menyebarkan ideologinya secara sah.
Dapat disebutkan disini bahwa da
13.000 yang ditangkap pemerintah, 4.500 dihukum, dan 1.300 dinuang ke Digul.
PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara illegal mereka melakukan
kegiatan politiknya. Pemimpin PKI diluar Indonesia mendirikan partai Republik
Indonesia (PARI). Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propagandanya untuk
mendukung aksi revolusioner di Indonesia.
C. RADICALS CONCERTRATIE DAN
GERAKANNYA
Setelah Volksraad dibentuk pada
tahun 1918 maka ada usaha mempersatukan aliran-aliran politik yang ada pada
waktu itu yang dapat disebut golongan kiri. Karena itu atas prakarsa ISDV didirikan
suatu fraksi dalam volksraad yang disebut radical concentratie.
Organisasi-organisasi yang ikut didalamnya yaitu ISDV, BU, SI, dan NIP. Sudah
tentu tujuan fraksi ini untuk mengajak anggota-anggotanya menuntut berbagai kepentingan kepada pemerintah.
Tuntutan ini dilakukan dengan cara
yang sangat radikal yaitu dengan pemogokan dan pemberontakan. Periode radikal
yang koordinasikan oleh komunis berlangsung dari tahun 1918-1926 (Koch, 1951 :
72-75)
Gerakan radikal memang mendapat
iklim yang baik untuk berkembang karena didukung oleh situasi. Disatu pihak, pemerintah
kolonial banyak melakaukan tekanan tetapi di pihak lain dari kalangan
pergerakan timbul tuntutan baru yang mengajak serta rakyat untuk dimobilisasi.
Pimpinan yang tangguh yang mempraktekan teori perjuangannya didukung pula oleh
situasi ekonomi yang buruk sehingga memudahkan rakyat turut serta didalam
gerakannya. Semakin kuatnya tekanan dari pemerintah semakin tambah pula usaha
mencari jalan keluar dari tekanan itu. Banyak kursus, latihan,koperasi,dan
lain-lain. Yang pada dasarnya merupakan suatu bentuk persiapan menhadapi
pemerintah. Namun yang jelas bahwa gerakan yang sifatnya kekuatan kolektif
sudah mulai tampak. Redikalisme yang memuncang dengan meletusnya pemberontakan
1926 adalah klimaks agitasi yang didalangi oleh partai komunis yang
mempraktekkan perjuangan kerasnya.
Periode radikal seperti disebut
diatas dipengaruhi oleh perkembangan politik diluar seperti Revolusi Rusia
tahun 1917 dan bahkan kelompok social-demokrat Belanda member angin terhadap
gerakan prokgresif yang dikembangkan oleh ISDV. Setelah perang dunia I situasi
ekonomi buruk sekali yang menyeret perekonomian rakyat. Banyak perusahaan
perkebunan yang menutup usaha dan ini berate menambah pengangguran yang
sekaligus memperluas penderitaan rakyat. Semakin banyak melakukan aksi semakin
kuat pula pemerintah melakukan reaksi. Gubernur Jendral Fock (1912-1931) jelas
mewakili pemerintah yang reaksioner terhadap pergerakan rakyat. Sebaliknya kaum
pergerakan semakin tajam pula mencari jalan baru dan makin meningkat pula
kesadaran politiknya. Jalan buntu yang dilakukan komunis menimbulkan orientasi
baru bersifat nasionalis.
BAB
III
PENTUP
A. Kesimpulan
Pada umumnya Afdeling B muncul
sebagai akibat perubahan social menyebabkan kemerosotan ekonomi dan disitegrasi
sosiokultural. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat member peluang besar bagi
timbulnya gerakan. Untuk mengatasi keadaan itu di perlukan suasana dan tatanan
baru yang telah dirusak oleh pemerintah kolonial. Adanya anggapan dan prasangka
yang buruk terhadap golongan social dalam masyarakat serta keyakinan akan
terjadinya perang suci dan harapan akan datangnya Ratu Adil mendorong
organisasi ini banyak mendapatkan pengikut dikalangan masyarat pedesaan.
PKI mendapat kekuatan dikalangan
buruh. Sebagai akibat dari depresi ekonomi maka upah buruh diturunkan dan
banyak buruh yang diberhentikan. Pada tahun 1923 buruh kereta api yang
tergabung dalam vereeninging voor spoor
en tram wegpe rsoneel (VSTP) mendesak dilancarkannya pemogokan untuk
menuntut kenaikan upah. Ternyata pemogokan gagal dan pemimpinnya dibuang. Mulai
tahun 1924 PKI menyebar pengaruh ke pedesaan Jawa dan keluar Jawa, dan sejak
itu partai menyiapkan untuk mengadakan revoluasi. Derongan-dorongan anarkis
lebih lebih kuat mengarah pada penggulingan terhadap pemerintah Belanda yaitu
dengan memberontak yang dianggap lebih baik dari pada menerima dominasi
kekuasaan kolonial.
B.
SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat mejadi bahan
pelajaran untuk mengetahui tentang sejarah Indonesia pada masa Pergerakan. Atas
kritik dan saran yang mendukung untuk perbaikan makalah ini kami ucapkan terima
kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Suhartono.2010.Sejarah Pergerakan Nasional.
Yogyakarta:Media
Perkasa
Adam Malik.1970.Riwayat Proklamasi.
Jakarta:Wijaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar